Saturday, February 28, 2015

Indahnya Cinta Dalam Islam (1)

Ketupat in Heidelberg
“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah Kebarokahan Cinta”

Hannan Tsabita



Bukit Lima Gunung
Beberapa jam sudah berlalu di dalam bus dengan pemandangan lalu lalang kota yang padat merayap. Bus sepertinya diselimuti hawa panas, meski hari sudah senja. Banyak pabrik ternama berjajar berdampingan di sepanjang jalan, tak ketinggalan maskot-maskotnya menghiasi pintu masuk pabrik. Kota yang sangat panas di musim kemarau, dan sudah tentu banjir jika memasuki musim penghujan. Mungkin laut utara sudah muak menerima limpahan air kotor, hingga menumpahkannya kembali ke tengah kota yang khas dengan lumpia juga bandeng presto ini.
Kepenatan sepanjang jalan pun akhirnya terbayarkan setiba di atas puncak Bandungan, Balqis tak harus memaksa dirinya lagi tuk melihat kota yang tengah bersiap-siap menghadapi musim penghujan itu.
“Kamu sekamar sama aku ya, Qis” sapa Avista mengagetkan Balqis yang tengah mendaki jalan menuju losmen.
“Astaghfirulloh, ngagetin aja kamu Vis. Bukannya uda dibagi kelompok kamar ya?”
“He he, kamu sih jalan sambil nglamun. Aku minta tukeran sama Quinta, dia mau kok.”
Vista dan Balqis tidak langsung ke kamar, mereka menuju ruang aula yang disulap jadi ruang makan. Lumayan jauh jika ke kamar lalu kembali ke aula, mereka memilih makan lebih dulu sambil membawa barang bawaan.
Sebelum tidur, Vista pun mulai membuka obrolan.
“Ciee Balqis…serius banget bacanya. Mentang-mentang tokoh utamanya mirip.”
“Cuma namanya aja, Avista.” balas Balqis dengan suara lemah lembutnya, lalu lanjut membaca The Sacred Romance of King Sulaeman and Queen Seeba.
“Kisah cinta Ratu Bilqis di novel itu kayak gimana?”
“Indah mengharukan pokoknya, gak seru kalo gak baca sendiri.”
“Kalo kisah cinta Nona Balqis, gimana kabarnya?”. Tanya Vista lagi. Novel di depannya pun akhirnya tak ayal hanya sebuah rangkaian tulisan yang tak dimengerti kisahnya, sebab Balqis memang tak lagi membacanya sesaat setelah Vista bertanya. Balqis hanya menoleh sembari tersenyum. “Maaf Vista, kamu belum tentu mengerti perasaanku, sekalipun kuceritakan.” Balqis tak yakin dan merasa percuma terbuka dengan Vista. Meski Vista teman yang baik, tapi ia tetaplah teman kuliah yang sulit memahami karakter Balqis. Berkebalikan dengan Vista, Balqis sosok muslimah yang taat beragama. Parasnya yang tidak cantik tapi manis itu justru terlihat sangat cantik dengan pakaiannya yang syar’i. Ia pandai dan kreatif dalam memadupadankan pakaian, meski sederhana namun tetap serasi bahkan terlihat anggun.
“Ga masyalah sih kalo kamu gak mau cerita.”
“Dulu awal masuk kuliah, aku senang liat kamu. Wajahmu itu beda, keliatan shining. Pokoknya keliatan bersinar gitu deh. Lalu waktu ngobrol sama kamu rasanya nyaman dibanding sama teman yang lain. Senang deh, meski aku ‘brekele’ kayak gini, kamu mau mau aja jadi teman dekatku. Aku gak pernah bisa kasih solusi kalau kamu ada masalah, karna itu menyangkut pemahaman kamu, tapi setidaknya aku selalu bisa belajar dari hikmah-hikmah yang kamu ceritakan. Itupun kalau kamu mau berbagi.” lanjut Vista panjang lebar sambil makan kacang dengan gaya maskulinnya.
“InsyaAllah kuceritakan, saat ini sedang gak karuan rasanya, maaf ya Vista.”
Keesokan harinya mereka mendaki ke puncak Bandungan. Beberapa dosen terbagi dan membaur dengan puluhan mahasiswa untuk memberi kuliah lapangan. Seusai menerima penjelasan tentang bentang alam daerah sana, para mahasiswa bersantai-santai menikmati pemandangan. Tak terkecuali Balqis dan Vista.
“SubhanAllah, indah sekali. Pengin deh kesini sama tambatan hati. Semoga jadi tempat kunjungan ketiga.” Ucap Balqis kagum dengan pemandangan lima gunung yang nampak berkumpul di hadapannya. Merapi, Merbabu, Slamet, Sindoro, dan Sumbing yang terlihat biru berawan dibawah pancaran matahari terbit. Tak ketinggalan Rawa Pening yang tenang membentang airnya di bawah kaki gunung. Berhiaskan hijau tua dan muda dedaunan enceng gondok. Sangat indah jika dilukiskan, pesona alam karya Tuhan itu.
“Ehem, ngomongnya uda tambatan hati aja nih. Emang tempat impian satu dan dua dimana?” tanya Vista penasaran.
“Rahasia dong. Nanti kamu ikut-ikutan.” Balqis malah semakin membuat Vista penasaran.

0 comments:

Post a Comment