Ketupat
in Heidelberg
“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah
Kebarokahan Cinta”
Hannan Tsabita
Bukit Lima Gunung
Beberapa
jam sudah berlalu di dalam bus dengan pemandangan lalu lalang kota yang padat
merayap. Bus sepertinya diselimuti hawa panas, meski hari sudah senja. Banyak
pabrik ternama berjajar berdampingan di sepanjang jalan, tak ketinggalan
maskot-maskotnya menghiasi pintu masuk pabrik. Kota yang sangat panas di musim
kemarau, dan sudah tentu banjir jika memasuki musim penghujan. Mungkin laut
utara sudah muak menerima limpahan air kotor, hingga menumpahkannya kembali ke
tengah kota yang khas dengan lumpia juga bandeng presto ini.
Kepenatan
sepanjang jalan pun akhirnya terbayarkan setiba di atas puncak Bandungan,
Balqis tak harus memaksa dirinya lagi tuk melihat kota yang tengah bersiap-siap
menghadapi musim penghujan itu.
“Kamu
sekamar sama aku ya, Qis” sapa Avista mengagetkan Balqis yang tengah mendaki
jalan menuju losmen.
“Astaghfirulloh,
ngagetin aja kamu Vis. Bukannya uda dibagi kelompok kamar ya?”
“He
he, kamu sih jalan sambil nglamun. Aku minta tukeran sama Quinta, dia mau kok.”
Vista
dan Balqis tidak langsung ke kamar, mereka menuju ruang aula yang disulap jadi
ruang makan. Lumayan jauh jika ke kamar lalu kembali ke aula, mereka memilih
makan lebih dulu sambil membawa barang bawaan.
Sebelum
tidur, Vista pun mulai membuka obrolan.
“Ciee
Balqis…serius banget bacanya. Mentang-mentang tokoh utamanya mirip.”
“Cuma
namanya aja, Avista.” balas Balqis dengan suara lemah lembutnya, lalu lanjut
membaca The Sacred Romance of King Sulaeman and Queen Seeba.
“Kisah
cinta Ratu Bilqis di novel itu kayak gimana?”
“Indah
mengharukan pokoknya, gak seru kalo gak baca sendiri.”
“Kalo
kisah cinta Nona Balqis, gimana kabarnya?”. Tanya Vista lagi. Novel di depannya
pun akhirnya tak ayal hanya sebuah rangkaian tulisan yang tak dimengerti
kisahnya, sebab Balqis memang tak lagi membacanya sesaat setelah Vista
bertanya. Balqis hanya menoleh sembari tersenyum. “Maaf Vista, kamu belum tentu
mengerti perasaanku, sekalipun kuceritakan.” Balqis tak yakin dan merasa
percuma terbuka dengan Vista. Meski Vista teman yang baik, tapi ia tetaplah
teman kuliah yang sulit memahami karakter Balqis. Berkebalikan dengan Vista,
Balqis sosok muslimah yang taat beragama. Parasnya yang tidak cantik tapi manis
itu justru terlihat sangat cantik dengan pakaiannya yang syar’i. Ia pandai dan
kreatif dalam memadupadankan pakaian, meski sederhana namun tetap serasi bahkan
terlihat anggun.
“Ga
masyalah sih kalo kamu gak mau cerita.”
“Dulu
awal masuk kuliah, aku senang liat kamu. Wajahmu itu beda, keliatan shining.
Pokoknya keliatan bersinar gitu deh. Lalu waktu ngobrol sama kamu rasanya
nyaman dibanding sama teman yang lain. Senang deh, meski aku ‘brekele’ kayak
gini, kamu mau mau aja jadi teman dekatku. Aku gak pernah bisa kasih solusi
kalau kamu ada masalah, karna itu menyangkut pemahaman kamu, tapi setidaknya
aku selalu bisa belajar dari hikmah-hikmah yang kamu ceritakan. Itupun kalau
kamu mau berbagi.” lanjut Vista panjang lebar sambil makan kacang dengan gaya
maskulinnya.
“InsyaAllah
kuceritakan, saat ini sedang gak karuan rasanya, maaf ya Vista.”
Keesokan
harinya mereka mendaki ke puncak Bandungan. Beberapa dosen terbagi dan membaur
dengan puluhan mahasiswa untuk memberi kuliah lapangan. Seusai menerima
penjelasan tentang bentang alam daerah sana, para mahasiswa bersantai-santai
menikmati pemandangan. Tak terkecuali Balqis dan Vista.
“SubhanAllah,
indah sekali. Pengin deh kesini sama tambatan hati. Semoga jadi tempat
kunjungan ketiga.” Ucap Balqis kagum dengan pemandangan lima gunung yang nampak
berkumpul di hadapannya. Merapi, Merbabu, Slamet, Sindoro, dan Sumbing yang
terlihat biru berawan dibawah pancaran matahari terbit. Tak ketinggalan Rawa
Pening yang tenang membentang airnya di bawah kaki gunung. Berhiaskan hijau tua
dan muda dedaunan enceng gondok. Sangat indah jika dilukiskan, pesona alam
karya Tuhan itu.
“Ehem,
ngomongnya uda tambatan hati aja nih. Emang tempat impian satu dan dua dimana?”
tanya Vista penasaran.
“Rahasia dong. Nanti
kamu ikut-ikutan.” Balqis malah semakin membuat Vista penasaran.
0 comments:
Post a Comment