Saturday, February 28, 2015

Indahnya Cinta Dalam Islam (2)

Ketupat in Heidelberg
“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah Kebarokahan Cinta”
Hannan Tsabita


Gemuruh Air Terjun Kayangan
Usai sudah kuliah lapangan Balqis selama lima hari, pemandangan alam cukup menghibur meski melelahkan. Namun begitu hatinya belum bisa sembuh akan luka lama yang masih membekas.
Heart beats fast Colors and promises How to be brave How can I love when I'm afraid To fall But watching you stand alone All of my doubt Suddenly goes away somehow One step closer.....
“Assalamu’alaikum, ehem bukannya malah baca quran sih neng.” Sapa Qisty dari balik pintu kamar kos Balqis yang tak tertutup rapat. “ Udah berapa kali nih lagu diputer mulu.” Lanjut Qisty
“Wa’alaikumussalam, eh mba. pengen dengerin aja sih” balas Balqis sendu tanpa semangat
“Kalo tiap dengerin bikin kamu tambah patah hati, jangan didengerin terus dong lagunya.” Pinta Qisty
“Aku kenal lagu ini karna Mas Fathan suka lagu ini mba. Meski ternyata bukan buat aku sih. Yah, kadang aku kangen mba.”
Balqis masih merasa sedih karna seseorang yang ia suka ternyata sudah mempunyai calon. Bahkan Allah mempertemukan Balqis dengan wanita itu tanpa sengaja di sebuah pondok pesantren tempat mereka berlibur kuliah. Sebuah kebetulan yang tidak masuk akal. Alkisah berawal ketika Balqis tengah berjalan menuju pintu masuk pondok.
“Assalamu’ailaikum mb. Boleh kenalan?” Tiba-tiba ada yang pelan menepuk punggung Balqis dari belakang. Tak lain ialah Yasmin, calon psikolog yang cantik dan sosok muslimah yang anggun. Lalu Balqis dan Yasmin berteman baik selama menjalani pesantren ramadhan di pondok. Waktu yang tengah bersamaan Fathan sedang ada riset di Air Terjun Kayangan.
Sepulangnya dari pondok Balqis berjumpa dengan Hanifa dalam keadaan menangis.
“Hloh mba, kenapa menangis, risetnya lancar kan?”
“Aku suka Mas Fathan, Balqis.” Sesunggukan Hanifa mencurahkan isi hatinya. Balqis terdiam kaget tidak menyangka namun tetap tenang.
“Oh, tapi kenapa mba malah menangis?”
“Sebulan penuh mba mengenal dekat Mas Fathan ketika riset. Baru kali ini mba suka sama pemuda sholeh nan tampan, Balqis. Mba sadar kalo belum menjadi wanita sholehah, tapi apa salahnya kalo suka dengan laki-laki seperti Mas Fathan.”
“Gak salah kog mba, lalu apa masalahnya mba?”
“Ms Fathan udah punya calon, Balqis. Dan waktu riset bareng, Mas Fathan tau kalo mba suka sama dia. Perjalanan pulang dia malah ngenalin calonnya sewaktu makan bareng tim riset. Mungkin maksud dia biar mba ga terlanjur dalam suka sama dia dan cepat melupakan, tapi jangan kayak gini caranya. Itu namanya disengaja dan mungkin terlalu cepat buat aku, Balqis.” Hanifa semakin sesunggukan
“Nama calonnya siapa mba?” Balqis tiba-tiba terbersit penasaran
“Yasmin.”
“Yasmin? Yasmin Hafidzah?” Balqis kaget keheranan
“iya” jawab Hanifa singkat. Balqis tersentak hatinya, ternyata Allah membuat skenario yang manusia tak bisa menyangkanya. Balqis hanya bisa memendam kesedihan sambil menghibur Hanifa. Dua kesedihan Balqis lengkaplah sudah, ternyata orang terdekatnya mencintai pemuda yang sama dan harus patah hati bersama pula. Bahkan Yasmin pun hadir melengkapi patah hati ini. Mungkin, tidak akan sesakit jika tak pernah mengenal sosok Yasmin.
Qisty yang sejak tadi mendengarkan kisah Balqis, kembali menghiburnya, karena ini sudah kesekian kali Balqis mengkisahkan rasa patah hatinya pada Fathan.

“Yasudah, sabar dan ikhlas. Gak perlu diingat-ingat terus. Toh, sudah kamu istikhorohi juga, insyaAllah tidak akan menyesal. Pertemuan kamu dengan mereka itu juga hasil istiqoroh. Udah sekarang kita tadarus aja.” Kata Qisty sambil mematikan lagu A Thousand Years 

0 comments:

Post a Comment