Ketupat
in Heidelberg
“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah
Kebarokahan Cinta”
Hannan Tsabita
Cahaya di Puncak Menoreh
Setahun
sudah terlewatkan Balqis mengosongkan hati dari mencintai seorang pemuda. Ia
mencoba berhati-hati dalam mengelola hatinya. Tak ingin jatuh dalam jurang
kemaksiatan, tidak pula ingin patah hati terlalu dalam. Balqis mulai
menyibukkan dirinya sebagai mahasiswa dan aktivis kampus. Tawaran riset dan
mejadi panitia even-even kemahasiswaan mulai menghampirinya. Dalam waktu dekat
even mahasiswa dakwah yang akan diselenggarakan, itu artinya akan menguras
energi Balqis lebih banyak.
Waktu
yang bersamaan Balqis menerima undangan pernikahan dari sahabat lamanya, Salwa.
Ada rasa senang dan iri bukan karena suami Salwa adalah yang ia cintai. Tapi
iri melihat jodohnya adalah sosok yang mandiri dan memilki background seorang
ustadz. Usai menghadiri pernikahan Salwa, Balqis melanjutkan kegiatan di Daerah
Perbukitan Menoreh untuk keakraban mahasiswa dakwah.
Balqis
sedikit terlambat, tapi masih bisa mengikuti sesi pembukaan oleh ketua panitia.
Sebelumnya Balqis tak pernah melirik ataupun tertarik sedikitpun pada Daffa.
Entah kenapa, isi nasehat pembuka yang disampaikan dengan wibawanya membuat
Balqis menjadi tertarik. Entah ini efek usai menghadiri undangan pernikahan
atau apa, yang jelas Balqis merasa sevisi dengan Daffa dalam hal agama.
Bukit
Menoreh yang telah indah dengan hamparan hijau deretan perbukitan, semakin
mempesona jika telah sampai puncaknya. Yah, Puncak Suroloyo namanya. Puncak
yang harus dibayar keelokannya dengan mendaki lebih dari dua ratus anak tangga.
Cukup melelahkan tapi angin segar di atas sana bisa menyejukkan jiwa, ditambah
lagi dengan sejuknya isi nasehat Daffa.
Balqis
tak ingin larut terlalu dalam dengan perasaan terhadap Daffa. Ia mulai berbesar
hati untuk bisa pasrah dengan skenario Yang Kuasa. Balqis menyikapi dengan
mencintai dalam diam dan istikhoroh. Semenjak itulah Desember 2015 menjadi
momen pertama Balqis mengistikhorohi Daffa. Setelah setahun sudah luka lama itu
bisa pulih.

0 comments:
Post a Comment