Saturday, February 28, 2015

Indahnya Cinta Dalam Islam (4)


Ketupat in Heidelberg

“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah Kebarokahan Cinta”

Hannan Tsabita

Perputaran Istikhoroh Cinta
Balqis merasa tak yakin tentang perasaannya saat itu, apakah ia bersungguh-sungguh suka dengan Daffa atau tidak. Tapi selalu ada perasaan ingin bertemu. Ia mencoba tuk minta petuah pada Bu Faridha, sosok ustadzah keibuan yang ia kenal semenjak pertama kali menginjakkan kaki di perantuan.
“Menyukai itu boleh, yang gak boleh kalo ekspresi suka yang berlebihan apalagi sampai melanggar aturan Allah Rasul.” ujar Bu Faridha
“Iya ibu, insyaAllah Balqis berusaha menjaga diri. Tapi Balqis bingung dengan perasaan ini, Bu. Balqis ingin mendapatkan sosok suami yang sholeh tuk membimbing dunia dan akherat. Tapi Balqis takut kalau larut dengan Mas Daffa, tidak siap patah hati lagi.”
“Nak, Istikhoroh saja. Dalil orang yang istikhoroh itu tidak akan menyesal. Tapi selama kamu istikhoroh harus netral dan benar-benar pasrah dengan keputusan Allah. Apapun itu hasilnya tawakallah, Nak.”
Balqis mulai berfikir dan yakin dengan istikhoroh. Sudah hampir tiga bulan ia istikhoroh Daffa dan perasaannya masih sama. Rasa suka itu justru semakin bertambah dengan sikap-sikap yang ditunjukkan Daffa. Bulan kedua awal tahun 2016 menjadi perjumpaan kedua pula, Balqis lagi-lagi mendapat tawaran untuk membina adik-adik angkatan mahasiswa. Saat itu ia hanya menjadi tamu undangan sama halnya dengan Daffa. Pantai Marina yang lumayan ditempuh dengan perjalanan jauh, namun Daffa ikut bergabung di tengah-tengah kesibukan kuliah dan pekerjaan. Balqis jadi semakin berkesan dengannya.
“Eitz, nglamun aja!” sapa Vista mengagetkan Balqis dari belakang. Vista yang tak biasanya bergabung dengan aktivis mahasiswa dakwah, kali ini ikut menemani Balqis di Pantai Marina.
“Cuma menikmati deburan ombak kug. Tuh liat, keren kan pas udah nyampe di tebing karang.” Balqis mengelak.
“Eh, ngomong-ngomong kamu pernah janji mau cerita sama aku kan?”
“Oh itu.” Balqis teringat dan berlanjut mengkisahkan masa lalunya pada Vista.
“Umm, tapi kamu udah gapapa kan? Yah, berarti Mas Fathan bukan jodoh kamu.”
“Mungkin begitu. Tapi aku udah bisa ikhlas kug. Aku jadi bisa berfikir kalau waktu itu aku mencintai orang yang kurang tepat.”
“Dulu aku dibutakan rasa suka, memandang Mas Fathan adalah pemuda sholeh. Tapi aku salah. Pemuda sholeh mana yang berani menggandeng dan memperkenalkan calonnya di hadapan orang banyak padahal belum ada ikatan pernikahan.” Lanjut Balqis datar
“Sip Sip baguslah. Ehem, ngomong-ngomong udah ada yang mengisi hati lagi? He he” tanya Vista menggoda
“Sudah diistikhorohi.”
“Terus Terus, ceritain dong.” Vista mulai merengek-rengek manja bak anak kecil minta jajanan.
“Baru ketemu dua kali sih. Ngobrol juga cuma sekali karena ada urusan, itu aja dia gak mau berlama-lama. SMS juga kalo penting-penting aja. Mas itu juga kalo bales SMS singkat dan seperlunya.”
“Hlah kayak gitu kug bisa suka. Namanya orang jatuh cinta itu kan biasanya karna diperhatiin, sering SMS-an, Telfon, BBM-an pokoknya ngobrolnya intens gtu. Kamu aneh deh Balqis. Ngobrol aja jarang, SMS dibalesnya singkat malah seneng.hmm” Ucap Vista keheranan.
“Dulu kamu pernah bilang kan, kalau akan belajar dari hikmah-hikmah setiap yang aku ceritakan. Yah beginilah pemahamanku. Justru dengan sikap Mas itu, aku jadi semakin yakin kalo ia sosok sholeh yang bisa menjaga. Berbeda waktu dulu dengan Mas Fathan, malah hampir sering bercandaan, yang seperti itu kurang bagus.”
“Aku yakin dengan istikhoroh, pasrah dan menjaga diri akan lebih berkah di mata Allah. Aku gak tau siapa jodohku nanti, setidaknya sembari menanti jodoh perlu mempersiapkan diri menjadi sholehah dan menjaga diri dari pelanggaran agama. Itu pun kalo kita ingin mendapatkan yang Berkah. Berkah atau barokah itu artinya penuh kebaikan.” Jelas Balqis panjang lebar
“Wah, kayaknya aku harus banyak belajar sama kamu nih, biar gak brekele kayak gini, he he. Umm, dari tadi kamu bilang Mas itu Mas itu, emang Mas itu siapa sih, Balqis? Kasih tau dong.” Tanya Vista menyelidik
“Aku juga masih belajar kug. He he kalau itu rahasia, cukup aku dan Allah yang tau.”

“Kamu sukanya main rahasia-rahasia-an deh.” 

0 comments:

Post a Comment