Ketupat in Heidelberg
“Ketika Cinta Indah Terjaga, Ketika itulah Kebarokahan Cinta”
Hannan Tsabita
Mengukir Impian di Kayangan
Perkuliahan
awal semester kembali dimulai, setelah Balqis menemani adik mahasiswa saat
liburan semester di Pantai Marina. Saatnya Balqis berkutat lagi dengan kuliah
dan tugas-tugas. Menyusun rencana riset skripsi menjadi bagian agenda penting
semester ini.
Dua
semeseter yang tersisa ternyata Balqis belum mencapai cumlaude, ada rasa kecewa
dalam dirinya tapi justru menjadi cambuk untuk lebih bersemangat lagi. Selama
dua bulan kedepan Balqis berencana untuk melakukan riset skripsi. Sesuai saran
Hanifa, akhirnya Balqis memutuskan melanjutkan riset di daerah Air Terjun
Kayangan. Konon kabarnya sebuah desa disana nyaman untuk ditinggali dan menarik
dijadikan tempat riset. Air mengalir sepanjang sungai di desa itu masih jernih,
hamparan sawah dibawah kaki bukit masih hijau-hijau segar tanpa polusi. Tentu
tak terlewatkan Air Terjun Kayangan yang tenang menyegarkan. Cocok dijadikan
tempat riset sekaligus mengasingkan diri dari hingar bingar perkotaan.
Sebelum
berangkat riset, Balqis menyempatkan diri mengikuti kajian Al-Quran di masjid
dekat kampusnya. Disana tanpa sengaja bertemu Ustadz Trisna, yang pernah ia
undang di acara dakwah kampus. Qisty yang saat itu menemani Balqis ikut
berbincang-bincang dengan Ustadz Trisna.
“Gimana
kabarnya ukhti Balqis?” sapa Ustadz membuka perbincangan.
“Alhamdulillah
baik ustadz. Balqis sekalian pamit dan minta doanya, insyaAllah minggu depan
berangkat riset untuk skripsi.”
“Ya
mudah-mudahan, lancar, sukses, barokah. Alhamdulillah berarti semoga tidak lama
lagi insyaAllah wisuda ya? Apa sudah ada keinginan menikah atau malah sudah
punya calon?” tanya Ustadz Trisna pelan sembari tersenyum
“Amiin.
Kalau keinginan sudah ada ustadz, tapi ingin fokus menyelesaikan studi dulu.
Untuk calon juga belum ada. Masih disimpan dan dijaga oleh Allah. InsyaAllah
begitu.”
“Yasuda,
semoga studinya diberi kemudahan. Tapi jangan karna terlalu fokus studi jadi
melalaikan ibadah menikah ya. Pesan saya kalau belum bisa menikah supaya bisa
menjaga diri, sambil mempersiapkan diri menjadi calon istri yang sholehah.
Kalau sudah ada yang disukai, istikhoroh dulu sambil menunggu selesai studinya.
Tapi jangan ada pemikiran bahwa yang diistikhorohi itu adalah 100% milik kita.”
Kata Ustadz Trisna
“Trimakasih
Jazakallahukhoiro Ustadz, insyaAllah pesan dan nasehatnya bermanfaat”
Minggu
terakhir sebelum keberangkatan Balqis semakin sibuk mempersiapkan data-data
riset dan bekal selama dua bulan. Balqis tiba di Desa Kayangan bersama keenam
teman risetnnya pada hari Sabtu. Mereka disambut oleh warga desa dengan ramah
tamah, dan ditempatkan di sebuah rumah penduduk desa sekitar satu kilometer
dari air terjun. Balqis tak ingin dua bulan itu terlewatkan sia-sia begitu
saja. Ia berjalan-jalan menikmati suasana senja pedesaan, tak ketinggalan
lembaran diary dan pena berwarna violet yang ia bawa. Sampailah Balqis di tepi
sungai selebar dua meter yang tenang dan jernih airnya. Sungai itu tampak
memisahkan dua hamparan sawah dibawah kaki Bukit Kayangan. Suasana yang sangat
tepat tuk kembali bersemangat mengukir impian. Terukir lewat pena violet
rangkaian impian di tahun 2017.
“Hope
Allah bless 2017 be amazing moment . Amiin...
Fresh
Graduated Cumlaude.
Have
been Work as an Entrepreneur.
Full
Scholarship of Master.
Be
an Ustadzah
Marriage
with a Man who has age 25th years old.
Umroh
and Haji in Mecca.
“Journey
in Heidelberg.”
Ketujuh
impian baru itu tentu harus dikejar Balqis dengan kerja keras. Sisa-sisa dua
semester bukan waktu yang lama dan tentu tak mudah mengejar cumlaude. Ditambah
kesibukan aktivisnya yang tak henti-henti mengantri. Persiapan menjadi ustadzah
juga membuatnya menyisihkan waktu lebih banyak untuk privat kajian.
Usai
sudah Balqis menorehkan tinta-tinta impian, lalu dengan sengaja ia menarik
selembar kertas merah jambu, terselip dalam diary. Ia melirik kertas itu
berulang-ulang, sesekali menatap air mengalir lembut juga segerombolan angsa
dibawah mega senja. Sembari melihat jauh angsa-angsa beterbangan, Balqis
menarik nafas panjang, mengumpulkan energi tuk membaca sebuah doa yang telah
tertulis. Yah, doa istikhoroh, lengkap dengan sebuah nama pemuda dan ayahnya.
Lantas
ia melipat rapi si merah jambu itu dan menyelipkan lagi diantara
lembaran-lembaran diary.

0 comments:
Post a Comment